Berbicara mengenai sumur
tujuh yang terletak di kelurahan Beji Depok, maka yang terlintas dibenak orang
adalah tempat yang berbau mistik. Tidak salah memang bila sebagian orang
beranggapan demikian karena memang tempat ini ramai didatangi orang khususnya
pada malam Jumat Kliwon.
Tempat ini sering didatangi para pesiarah yang melakukan ritual
di makam Mbah Raden Wujud Beji. Mereka yang datang berasal dari Banten, Blitar,
Pacitan dan sebagainya. Pada umumnya mereka melakukan ritual dengan mandi sumur
tujuh dengan harapan agar usahanya sukses dan bagi mereka yang lajang segera
mendapat jodoh.
Menurut Engkong Nakin bin Riun (90), juru kunci sumur tujuh
tersebut, disebut sumur tujuh karena sumurnya berjumlah tujuh buah. Lima sumur
berada di dalam areal Masjid Nurul Salam Depok Utara, sedangkan 2 sumur lagi
berada di Jalan Leli dan Jalan Kutilang Depok I.
Meski disebut dengan sumur tujuh, namun bentuknya tidak berupa
sumur melainkan kolam-kolam yang letaknya di bawah rimbunan pohon. Di beberapa
sudut kolam terdapat kamar mandi tempat pesiarah mandi dengan menggunakan air
dari sumur tersebut.
Engkong Nakin menjelaskan, keberadaan sumur tujuh ini erat
kaitannya dengan Mbah Raden Wujud Beji, penguasa wilayah Beji dan Kramat Beji. Namun
dia enggan menceritakan asal muasal dari Mbah Raden Wujud Beji. ”Buat apa
ditanya asal muasalnya. Wujud itu artinya ada. Di sini ada bukti dan nyata.
Setiap orang yang berziarah ke tempat ini harus mandi di 7 sumur tersebut dalam
waktu 1 jam,” ujarnya.
Ia juga mengakui,menjelang pemilihan kepala daerah (pilkada)
langsung di Kota Depok ini, banyak pejabat yang datang berziarah ke sana.
”Pejabat yang datang tidak berseragam. Tetapi dari penampilannya Engkong bisa
tebak. Itu jam merupakan sumbangan dari salah seorang petinggi polisi di
Bogor,” lanjut bapak dari 13 anak ini sambil menunjukkan salah satu jam dinding
yang terpampang di dinding pendopo.
Di dekat Masjid Nurul Salam memang ada sebuah pendopo tepatnya
di bawah pohon beringin. Di dalam pendopo tersebut terpampang foto Sunan Gunung
Jati, Presiden Soekarno, lukisan ratu kidul dan beberapa foto pendekar Banten.
Di sana juga terdapat sebuah kamar yang hanya diterangi lampu remang-remang. Di
situ terdapat berbagai macam senjata, keris, golok, peninggalan zaman kerajaan
Padjajaran. Ruangan tersebut memang pengap karena selain tidak ada ventilasi
udara juga dipenuhi oleh asap dupa dan kemenyan.
Situs Sejarah
Namun di balik nuansa mistik tersebut, sumur tujuh sebetulnya
merupakan salah satu situs sejarah yang dimiliki Kota Depok. Dari beberapa
referensi disebutkan bahwa sejak kerajaan Padjajaran dikalahkan oleh kerajaan
Islam di Sunda Kelapa hal ini berakibat hubungan Sunda Kelapa dengan daerah
luar menjadi terputus.
Tetapi kemenangan atas Sunda Kelapa tidak serta merta mampu
membawa pengaruh Islam masuk ke pusat kerajaan Pakuan. Meski demikian, saluran
penyebaran Islam masih mampu bergerak dengan jalan damai dan sedikit demi
sedikit diterima oleh penduduk pinggiran kerajaan Sunda Padjajaran yang
tertarik dengan sifat egaliter yang dibawa oleh Islam.
Kerajaan Sunda Padjajaran sebagai benteng terakhir kerajaan
Hindu-Budha di pulau Jawa akhirnya dapat ditaklukkan dengan tentara Islam
Cirebon di bawah pimpinan Maulana Hasanudin dan anaknya Maulana Yusuf pada tahun
1559.
Hubungan Banten dan Cirebon kala itu melalui jalur darat yang
pada masa kerajaan Sunda Padjajaran terhambat di wilayah Bogor dan sekitarnya
telah berhasil diruntuhkan dengan runtuhnya kerajaan tersebut. Wilayah Depok
yang berada di sisi sungai Ciliwung merupakan wilayah yang sering dilalui
utusan dari Banten dan Cirebon.
Bukti sejarah peninggalan tentara Islam di Depok salah satunya
adalah petilasan Mbah Raden Wujud Beji. Pada dinding di dalam bangunan makam
tersebut tergantung beberapa untaian kata yang berisi nasihat yang pernah
diucapkan Mbah Raden Wujud Beji. Sumur tujuh sendiri sebenarnya merupakan kolam
mata air atau biasa disebut kolam keramat.
Namun keberadaan sumur tujuh dan makam Mbah Raden Wujud Beji
memang harus dilestarikan oleh pemerintah Kota Depok karena selain sebagai
situs sejarah juga bisa dijadikan salah satu objek wisata bersejarah.
Pemerintah Kota Depok memang telah memasukkan tempat tersebut
dalam peta wisata, tetapi perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat sehingga
keberadaan situs bersejarah ini tidak punah dilekang waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar